Senin, 26 Oktober 2009

Maling

Lain lagi kisah KH Mudjib Ridwan Surabaya yang dikenal sebagai tokoh pencipta simbol NU, dia ini seorang santri kelana tulen, tidak ada pesantren penting di Jawa yang belum didatangi untuk meguru, apalagi pesantren besar seperti Tebuireng, Lirboyo, Langitan semua sudah dijamah. Namun suatu ketika ia kena batunya, ketika nyantri di pesantren Bangkalan pimpinan Kiai Khalil yang terkenal sangat ma’rifat. Mujib muda memang sudah lama nyantri di pesantren itu, yang sebenarnya hanya untuk menyepuh (mematangkan) ilmu.

Mengetahui motif si santri itu Kiai Khalil tidak kehilangan akal untuk mengusirnya, maka disuruhlah dia menyapu halaman pesantren bukan di pagi hari sebagaimana lazimnya, tetapi di siang bolong, saat halaman dalam keadaan bersih, tetapi karena perintah guru, maka ia menurut saja. Ketika sedang menyapu, Kiai Kholil berteriak, “Ada maling, kepung-kepung, itu dia di halaman, ayo tangkap.!”

Kontan santri yang mendengar seruan Kiai itu lari mengejar sang maling. Melihat dirinya dalam kepungan segera Ridwan lari tunggang langgang keluar masuk kampung agar tak terkejar, akhirnya naik dokar dan kemudian naik perahu menyeberangi selat Madura, menuju kampungnya di Surabaya. Orang tuanya kaget ketika melihat anaknya pulang secepat itu, lalu diceritakan kisahnya. Saat itu juga ayah Ridwan sowan ke Kiai Kholil untuk menanyakan kenapa anaknya diusir, maka Kiai Kholil dengan ringan menjawab, “ya dia itu memang maling karena sudah punya ilmu banyak, sudah alim tetapi masih mencuri ilmu saya, makanya saya usir untuk pulang”. Mendengar jawaban itu sang ayah sangat lega bahwa itu sebuah isyarat bahwa anaknya telah alim sudah saatnya berhenti mondok untuk mengajarkan ilmunya pada masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar